Bagaimana Cara Mempelajari TCM

FEAR_ ASHAMED_ YES, I FEEL IT! AND IT SOMEHOW MAKES ME CRAZY! BUT... NOT BECAUSE OF THAT, THEN I GIVE UP NO I MUST GO ON BECAUSE IT IS WHAT I AM SUPPOSED TO DO!

Walaupun TCM adalah sebuah cabang ilmu yang telah berusia ribuan tahun dan dikenal luas di seluruh dunia juga Indonesia, namun pada kenyataannya sebagian besar anggota masyarakat tidaklah memahami benar mengenai ilmu ini. Terlihat dari banyaknya para siswa yang kebingungan dalam mempelajarinya.

Sebetulnya hal ini bisa dimaklumi, mengingat perbedaan budaya, filosofi serta bahasa menjadi hambatan terbesar bagi para peminat TCM. Nah, mencoba untuk mengurangi hambatan-hambatan tersebut, saya bagikan beberapa tips untuk mempelajari ilmu TCM.

 

1. Alihkan Perhatian dari Pola Pikir Kedokteran Modern

Salah satu hambatan terbesar bagi siswa saat mempelajari TCM adalah, ia selalu otomatis membanding-bandingkannya dengan ilmu kedokteran modern. Karena kita memang kita dibiasakan hidup berdampingan dengan “budaya dokter” semenjak kecil.

Saat  sakit, orangtua akan langsung membawa kita ke dokter dan bukan ke pengobatan alternatif. Saat masih usia sekolah, kita diajarkan ilmu IPA dan saat SMP – SMA menjadi lebih rinci lagi; biologi, kimia, fisika dan matematika. Kita telah terbiasa pada dunia sains modern. Saya sendiri, mendapatkan pendidikan SMA di salah satu sekolah favorit yang memfokuskan perhatiannya pada dunia sains dan para murid dipacu untuk cemerlang dalam bidang IPA. Sehingga ketika saya mempelajari TCM untuk pertama kalinya, saya merasa seakan tengah “diputar sampai jungkir balik”. Penyusun tubuh manusia bukanlah DNA, tapi jing, qi, xue, dan jin-ye? Organ tubuh utama yang mengatur pencernaan bukan lambung tapi limpa? Tidak perlu pemeriksaan laboratorium dan radiologi untuk mendiagnosa penyakit, dan hanya dengan bertanya, melihat wajah dan bentuk tubuh, bentuk lidah dan perabaan denyut nadi kita bisa mendiagnosa penyakit??? Saya bahkan nyaris menyerah di semester kedua saya, sampai saat semester keenam di mana saya akhirnya menyadari bahwa ilmu TCM dan western medicine tidak boleh diperbandingkan – mereka hanya ditakdirkan untuk berjalan berdampingan namun tak akan bisa menyatu, karena ideologi dasar antara mereka sangatlah berbeda.

Bagaimanapun, poin inilah yang paling penting untuk dilakukan bila Anda benar-benar ingin menguasai TCM. Saya yakin pastilah akan sangat sulit dilakukan, terutama apabila Anda adalah seorang dokter atau pharmacist. Semakin kuat ideologi sains modern menancap di benak Anda, semakin sulit untuk mengesampingkannya. Namun, ada pepatah kuno mengatakan, “Cangkir yang penuh tidak akan bisa menampung air lagi. Untuk menampung air, maka harus terlebih dahulu mengosongkan isinya.” Anda memang tidak perlu membuang ilmu western medicine Anda (saya pun juga tidak membuang ilmu sains saya, ilmu itu saya dapatkan dengan susah payah mana tega saya membuangnya, haha…). Anda hanya perlu menaruhnya di tempat lain, dan berhenti membandingkannya dengan ilmu TCM.


2. Perdalam Pengetahuan Anda di Bidang Falsafah, Budaya dan Bahasa China

Untuk masuk Fakultas Kedokteran, Anda dituntut untuk memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik, supaya Anda dapat mengerti istilah kedokteran yang kebanyakan merupakan bahasa Inggris dan mampu membaca buku panduan kedokteran yang sebagian besar tidak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sama halnya dengan itu, Anda dituntut memiliki pengetahuan tentang budaya, filsafat dan bahasa China. Karena asal TCM adalah dari negeri China.

Sewaktu saya mempelajari TCM di universitas China, tidak ada orang Indonesia lagi di kelas selain saya. Bahkan orang Malaysia dan Singapura yang kebudayaannya boleh dibilang paling dekat dengan kita pun juga tidak ada. Kebanyakan mahasiswa berasal dari Korea, Jepang dan Vietnam. Keadaan menjadi lebih buruk bagi saya ketika hanya saya sendirilah yang tidak mengerti akan pelajaran yang diberikan. Teman-teman Korea, Jepang dan Vietnam saya dapat menangkap pelajaran dengan cepat lantaran budaya mereka nyaris sama dengan China (dan tahukah kalian? Dalam banyak sektor, bahasa Jepang dan Korea pun juga masih bersaudara dengan Mandarin. Huruf kanji Jepang merupakan aksara mandarin. Banyak bunyi pelafalan bahasa Korea diambil dari bahasa China). Akhirnya saya mengambil kesimpulan, saya harus meningkatkan pengetahuan saya mengenai budaya, filsafat serta bahasa China. Barulah saya mampu memahami ilmu TCM dengan lebih mendalam.

Bahkan saya sempat berkata pada para siswa di VTBS, “Cobalah untuk membayangkan, Anda tidak sedang berada di dunia modern. Melainkan tengah terlempar ke dunia masa lampau di China, dunia yang sama persis dengan dunia dalam film silat atau film kerajaan China kuno. Dunia tanpa hadirnya metode serta pemikiran barat. Tanpa mikroskop, tanpa komputer, tanpa lab kimia. Untuk menyembuhkan penyakit tidak bisa menggunakan jarum suntik atau obat kimiawi karena belum ditemukan. Yang tersedia hanyalah jarum sederhana serta obat alami.” Berimajinasi kadang sedikit membantu loh, untuk belajar.


3. Perbanyak Pengalaman Praktek

Bagaimanapun, TCM adalah juga merupakan ilmu pengobatan. Dan kita semua tahu bahwa tidaklah cukup mempelajari ilmu pengobatan hanya dengan teori. Kita harus praktek. Bilamana ada kesempatan untuk mengamati serta memeriksa pasien, maka janganlah ragu untuk melaksanakannya. Bahkan ada seorang anonim yang mengatakan, “Untuk menjadi seorang ahli TCM yang ahli, seaeorang harus meraba ribuan nadi pasien.”

 

4. Jangan Pernah Berhenti Berjuang

Jangan pernah merasa apa yang kita pelajari sudah cukup. Timbalah terus ilmu. Perbanyak pembacaan teori-teori TCM, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Ikuti pendidikan serta seminar TCM. Perdalam praktek. Dan perbanyak menimba ilmu, baik dari para sinshe senior maupun para para pendidik TCM.


Adapun tips ini saya dapatkan dari pengalaman saya sebagai siswa Indonesia yang mempelajari TCM di negeri asing, serta dari pengalaman saya saat mengajar dan berinteraksi dengan para siswa-siswi di beberapa kursus TCM. Semoga bermanfaat.


Dan yang terutama, jangan pernah menyerah saat tersandung batu kegagalan. Kita harus tetap optimis dan percaya, bahwa kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda, dan yang acapkali mengasah kita menjadi lebih baik lagi. Sesungguhnya bahkan, kita benar-benar dinyatakan gagal saat kita menyerah dan berhenti selamanya.

 

 

Terima kasih telah membaca! 

Oleh: Sinshe Shinta Amelia, CMD

admin@sinsheshinta.com

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment