Legenda dari Negeri Panda: Mengapa Orang Baik Mendapat Balasan yang Menyakitkan?

1612099988059
Alkisah pada zaman Dinasti Song, hiduplah seorang anak kecil yang menderita cacat, kakinya pincang. Kedua orangtuanya juga sudah tiada. Dengan cacat itu ia tidak bisa melakukan banyak pekerjaan sehingga ia hidup sangat miskin dan banyak melewatkan waktu untuk mengemis. Kemudian ia mengamati ada sungai di desanya tapi tidak ada jembatan sehingga orang kesulitan bila ingin menyeberanginya. Si bocahpun membuat keputusan. Ia ingin membuat jembatan. Dengan cara melemparkan batu-batu ke sungai. Sedikit demi sedikit tapi pasti, kumpulan batu itu pasti akan menjadi jembatan, begitulah pikirnya.
 
Mulanya penduduk desa menertawainya, apalagi melihat cara berjalannya yang pincang dengan kaki terseret-seret, tapi malah ingin membangun sesuatu yang besar. Tetapi si anak tidak membalas mereka dan hanya bekerja dalam diam. Sebulan… dua bulan… tiga bulan… setahun demi setahun… lama kelamaan ternyata benar-benar terbentuk sebuah jembatan, masyarakat desa mulai berubah pikiran dan ikut membantunya.
 
Penduduk desa kemudian memanggil pembuat jembatan, pekerjaan jadi semakin cepat rampung, tapi malahan saat itu sebuah batu melukai kedua mata si bocah sehingga ia jadi buta. Seluruh penduduk desa berteriak merutuki langit, berkata kenapa Langit kejam pada anak baik hati yang ingin membantu sesama. Tapi di lain pihak si bocah sendiri tidak memberikan reaksi apapun, dengan cacat tubuhnya yang semakin bertambah ia tetap menekuni pekerjaannya.
 
Akhirnya jembatan selesai dibangun. Hari yang sangat membahagiakan – tapi malah saat itu si anak tiba-tiba tersambar petir, dan mati!
 
Seluruh desa kontan menangisi kematian si bocah. Dan mereka semua semakin tidak mengerti akan maksud Langit, yang begitu kejam terhadap orang baik!…
 
Kalau begitu, untuk apa kita semua susah-susah berbuat kebajikan? Bila malah dibalas sangat kejam oleh Langit?!
 
Begitulah penduduk desa bertanya kepada Judge Bao yang kebetulan lewat. Judge Bao pun juga dibuat kebingungan oleh perihal ini. Ia lalu menulis enam huruf yang artinya kira-kira percumakah melakukan perbuatan baik bila dibalas begitu kejam? Lalu Judge Bao membakar tulisan itu saat proses kremasi si bocah.
 
Kemudian ia pergi ke istana, tapi kegundahannya akan masalah pertanyaan penduduk desa masih merisaukannya.
 
Sampai ke istana, kaisar dengan bersemangat menarik Judge Bao, ingin memperlihatkan bayi pangeran yang baru lahir. Saat Judge Bao melihat bayi pangeran, ia melihat sesuatu di telapak tangan si bayi. Terlihat oleh orang lain hanya seperti tanda lahir biasa, tapi terlihat oleh Judge Bao lain lagi. Itu adalah, enam huruf yang dulu ia tuliskan.
 
Wajah Judge Bao berubah pucat. Kaisar segera menyadari perubahan wajah Judge Bao dan menanyakannya. Judge Bao, segera berlutut, “Maafkan hamba lancang bicara hal ini mengenai pangeran!” Lalu ia menceritakan persoalan si bocah, penduduk desa, dan enam huruf yang ia tulis.
 
Kemudian Judge Bao mengirim Bantal YinYang-nya ke Alam Akhirat. Raja Yamapun menjelaskan mengenai riwayat bocah itu:
Jadi ternyata dulu si bocah melakukan kejahatan yang sangat mengerikan, banyak kejahatan ia lakukan dan kumpulan karma buruk yang dibuatnya sangat besar. Maka diputuskan ia harus menjalani 3 hukuman di 3 kehidupan: Kehidupan pertama, hidup dengan kaki pincang di keluarga miskin; kehidupan kedua, hidup dengan mata buta; kehidupan ketiga, mati disambar petir. Lalu terlahirlah si bocah di kehidupan pertama. Tetapi si bocah ternyata berubah dari penjahat besar menjadi orang yang sangat baik. Maka Langit memutuskan untuk memberi hukuman kedua di kehidupan ini untuk meringankan karma buruk si bocah. Dan sesudah matanya buta si bocah juga tidak merutuk Langit, tetap fokus pada Tujuan Hidupnya. Langitpun tersentuh dan memberikan hukuman ketiga di saat kehidupan pertama si bocah, sekarang juga.
Raja Yama bertanya, “Karma yang harusnya dijalani untuk tiga kehidupan tapi bisa ditebus di kehidupan ini juga, bukankah ini hal yang sangat baik?” Apalagi kini si bocah telah membuat karma baik yang begitu besar. Ia ingin meringankan penderitaan orang banyak. Maka Langit memutuskan agar ia dilahirkan sebagai Putera Mahkota Song Utara.

 

Terima kasih telah membaca! 
 
Oleh: Sinshe Shinta Amelia, CMD
shinta.tcm@gmail.com
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

1 Comment

  1. This is the proper weblog for anyone who needs to search out out about this topic. You notice a lot its almost hard to argue with you (not that I actually would needHaHa). You definitely put a new spin on a subject thats been written about for years. Nice stuff, just nice!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment